Post by Admin
2024-07-01 09:40:56
1327 Views
“Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.” 1 Korintus 3 :10 Penggalan ayat diatas saya dapatkan pada saat renungan pagi dan ketika dibaca lebih jauh sampai ayat 15 terasa adanya suatu yang menegur atas kalimat miring diatas.
“Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.” Coba kita perhatikan kalimat huruf miring, bahwa yang turut bertanggung jawab membentuk atau membangun pertumbuhan iman bukan hanya pendeta atau gembala gereja tetapi harus ada langkah proaktif dari diri kita sendiri. Kebiasaan buruk yang terjadi adalah suka menyalahkan orang lain bahwa kegagalan kita bertumbuh dikarenakan tidak adanya perhatian yang cukup intesive dari gereja dimana kita bernaung atau dikarenakan sibuknya gembala gereja atau pendeta sehingga tidak ada waktu untuk kita. Kenyataannya Firman Tuhan sudah diingatkan oleh Rasul Paulus bahwa kita harus dapat memperhatikan bagaimana dia harus bertumbuh. Seakan-akan ada alasan yang klasik yaitu menyalahkan orang lain….
Apa yang dimaksudkan proses bertumbuh ?
Bertumbuh adalah sebuah proses dari kecil menjadi besar atau dari lemah menjadi kuat dapat dicontohkan pada benih tanaman yang biasa kita tanam di pot atau kebun. Coba perhatikan hari ke hari proses pertumbuhan dari bibit keluarlah tunas baru yang muncul dari tanah, akhirnya melalui berbagai proses dari pemupukan, penyiraman dan penyinaran dan seterusnya jadilah tumbuhan atau tanaman yang besar dan kuat. Masih ingat perumpamaan biji sesawi “Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya”. Matius 13:32 Ada proses yang terus berjalan dan tidak ada alasan untuk berhenti berproses….
Ketika seseorang yang berkata saya sudah bertumbuh maka pertanyaannya bagaimana orang itu bertumbuh ? Proses apa saja yang sudah dilaluinya. Biasanya mereka sering berkata kalau setiap minggu rajin ke gereja dan dengar kotbah-kotbah seolah-olah sudah bertumbuh, tetapi ketika ada masalah atau problem yang datang rapuhlah kondisinya bahkan rutinitas ke gereja tiap minggu perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Untuk proses bertumbuh tidak cukup hanya datang setiap minggu ke gereja mendengarkan kotbah-kotbah yang dapat di ibaratkan adanya penyiraman rohani, dapat dipastikan hasilnya tidak akan maksimal karena masih ada proses tahapan berikutnya yaitu pemupukan.
Kegiatan Komsel atau Sel-sel group merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan karena melalui kegiatan seperti itu kita saling menguatkan satu dengan lainnya baik dari pengalaman hidup rohani masing-masing jemaat yang di sharingkan dalam group. Kemudian ada pengupasan ayat-ayat alkitab yang lebih mendalam karena sifatnya dua arah tidak seperti mendengarkan kotbah di hari Minggu yang sifatnya hanya satu arah. Pendalaman atas pemahaman ayat-ayat alkitab dapat menumbuhkan atau menguatkan iman dan membentuk kita lebih tangguh.
Penyinaran matahari pada tumbuhan adalah semacam proses pembentukan (fotosistesis) yang berkelanjutan selama tumbuhan itu bertumbuh dan proses ini membutuhkan reaksi dari luar yang mungkin menyakitkan karena panasnya sinar matahari tetapi prosesnya memberikan efek pertumbuhan yang terus berkesinambungan demikian juga proses yang dialami pada pertumbuhan iman orang kristen tidak berbeda jauh. Prosesnya dapat berupa masalah yang dihadapi ketika diluar lingkungan gereja atau persekutuan, kita dapat mengevaluasi bagaimana kesiapan iman ketika diperhadapkan berbagai persoalan hidup yang dimulai dari masalah-masalah kecil sampai problem yang besar. Dikalangan Kristen masalah sering diumpamakan seolah-olah adanya raksasa ( Giant ) atau tembok besar yang menghalangi dan memberikan rasa tidak nyaman yang membuat rasa sakit, lelah, stress dan perasaan lainnya. Tetapi proses peremukan itu harus terjadi barulah iman kita dapat bertumbuh menjadi dewasa…..
Apa yang dimaksudkan proses persakitan ?
Dalam perjanjian lama banyak kisah tokoh-tokoh yang mengalami proses persakitan tetapi membentuk iman mereka dan ada satu tokoh besar yang sangat sukses setelah mengalami berbagai masalah dari keluarga ( mertua dan anaknya ) dan pribadinya, yaitu Raja Daud. Mari kita bersama-sama mempelajari pergumulannya untuk membuka hati kita untuk lebih menyadari kalau tidak selamanya masalah akan membuat kita jatuh tergeletak.
Pertumbuhan iman harus mengalami berbagai masalah atau rintangan yang merupakan proses pembentukan barulah kita dapat menguji tingkat level iman. Tidak ada yang mudah atau gampang untuk kita dapat langsung masuk Surga karena percaya dan menerima Tuhan sebagai juruselamat, untuk kasus tertentu bisa seperti itu seperti penyamun yang disebelah Jesus ketika disalibkan. Tetapi Tuhan tidak mau kita menggampangkan keselamatan sehingga value atau nilai keselamatan menjadi bias seolah-olah begitu mudahnya, darah yang dicurahkan di kayu salib bukan untuk orang-orang yang dengan mudahnya menjadikan keselamatan sebuah komoditas atau tiket masuk surga yang gampang dengan ucapan dimulut. Tetapi bagaimana kita sudah men-teladani karakter Kristus dalam kehidupan rohani setiap harinya didalam lingkungan dimana Saudara berada.
Melalui renungan sedehana ini, harapan saya semua pembaca mau mulai mengevaluasi kembali bagaimana proses pertumbuhan imannya. Tidak ada alasan atau mencari-cari dalih untuk membenarkan alasan yang kita ciptakan sehingga cenderung menyalahkan situasi atau kondisi mengapa kita tidak bisa bertumbuh (No reason & No Excuse). Saudara mau bertumbuh harus dimulai dari diri kita sendiri; langkah-langkah apa yang harus dipersiapkan, tentunya harus adanya komitmen pribadi dengan Bapa; setiap pagi bersaat teduh sejenak mendengarkan arahan-Nya, merenungkan firman-Nya senantiasa, meng-aplikasikan teladan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari, mau berkonsultasi atau berkomunikasi (doa) secara pribadi sebelum mengambil keputusan penting; menyediakan keheningan sejenak untuk dengar-dengaran suara-Nya.
Renungan oleh : Ev. Edward Pipie Jahja
Komentar