Post by Admin
2024-10-16 17:26:25
447 Views
Renungan 10 Oktober 2024 - KETERBATASAN MANUSIA ( We’re Limited )
Human is limited edition…
Are we still limited ?
“Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak mengetahui apapun yang dihadapinya”. Pengkotbah 9:1. Ayat ini, yang ditulis oleh Raja Solomo yang bijaksana dan penuh hikmat, berbicara tentang kebenaran yang mendalam: hidup kita, tindakan kita, bahkan eksistensi kita, semuanya dipegang dalam tangan Allah. Mari kita pelajari lebih dalam ayat ini dan memahami implikasinya terhadap pemahaman kita tentang kehidupan, kebijaksanaan, dan kedaulatan Allah. Judul bacaan dalam kitab Pengkotbah “Nasib semua orang sama” artinya kehidupan semua orang sama hanya beda variablenya dan tetap setiap orang unik ( limited edition ) antara satu manusia dengan manusia lain yang telah dibuktikan secara science bahwa sidik jari setiap manusia tidak ada yang sama diseluruh keberadaan manusia di dunia ini.
Saat kita menjalani kehidupan, penting untuk mengakui dan menerima keterbatasan kita. Penerimaan ini dapat membawa pada rasa rendah hati, empati, dan rasa syukur yang lebih besar. Kita semua sedang mengarungi kehidupan yang penuh dengan tantangan, kemenangan, dan kemunduran, dan dengan mengakui keterbatasan, kita dapat mendekati setiap pengalaman dengan sudut perspektif dan pengertian.
Lebih jauh lagi, pemahaman akan keterbatasan kita dapat mendorong untuk mencari pertumbuhan dan perbaikan. Dengan mengakui kekurangan kita. Seharusnya kita dapat membuka diri untuk belajar, pengembangan, dan kemungkinan baru. Melalui pengakuan akan keterbatasan kita, dan berupaya untuk melampaui batas tersebut tentunya akan mencapai tingkat baru dalam kehidupan pribadi dan profesional kita.
Pada intinya, Kitab Pengkhotbah 9:1 menegaskan kebenaran universal bahwa kita semua adalah makhluk terbatas ( limited ). Menerima realitas ini dapat membawa pada penghargaan yang lebih mendalam terhadap kemanusiaan dan rasa tujuan yang lebih besar dalam perjalanan pribadi kita masing-masing. Marilah kita menjalani kehidupan dengan kelembutan, pengertian, dan kesadaran mendalam akan keterbatasan kita, memahami bahwa melalui keterbatasan, kita menemukan kekuatan, ketahanan, dan pada akhirnya, pertumbuhan.
Pertanyaannya mengapa Raja Solomo
menuliskan Kitab Pengkotbah 9:1-12 ? Apa yang dapat kita pelajari lebih lanjut ?
Penulis mencoba menggali lebih dalam supaya dapat memahami secara sederhana untuk di implikasikan dalam kehidupan sehari-hari atas keterbatasan tersebut. Ada 3 point sederhana yang penulis dapatkan, yaitu :
1. Mengisi waktu yang diberikan Tuhan ( bc. Pkh
9:1-6 )
2.
Mengisi
keterbatasan hidup dengan Kerja Keras dan Kegembiraan ( bc. Pkh 9:7-10 )
3. Menghadapi Ketidakpastian dengan Iman ( bc. Pkh 9: 11-12 )
Penulis akan membahas ke 3 point diatas dengan versi yang mudah dipahami untuk dapat dipraktekan dalam kehidupan kita saat ini sampai waktunya karena manusia ada keterbatasan umur. Tetapi sebelum kita bahas ke 3 point diatas lebih lanjut, penulis mau mengajak kita semua perdalam kembali apa yang menjadi dasar alasan Raja Solomo menulis Pengkotbah 9:1-12 ini. Ada hal yang menarik untuk kita pahami lebih jauh, yaitu :
1. Keterbatasan
Pengetahuan Manusia
Semua manusia apapun statusnya orang Baik atau Jahat akan menghadapi nasib yang sama diakhirnya yaitu Kematian. Maka kita harus memahami bahwa adanya keterbatasan hidup manusia dan bagaimana kita menyikapinya disaat waktu yang masih ada saat ini.
2. Kematian
yang tidak Terelakan
Pentingnya kita semua merenungkan kefanaan hidup dan menjalaninya dengan bijaksana. Pakai waktu yang ada untuk melakukan hal-hal baik dengan belajar membuka diri, bersikap rendah hati, lemah lembut, pengertian dan bijaksana.
3. Kehidupan
yang Sia-Sia & penuh Misteri
Kematian datang kepada semua orang tanpa memandang perbuatan mereka dimasa lalu atau dimasa saat ini yang menyebabkan kehidupan yang sekarang kita jalankan penuh dengan misteri atas ketidakpastian. Karena waktunya Tuhan tidak ada seorang manusiapun mengetahuinya.
4. Dorongan
untuk Menikmati Hidup
Hidup ini adalah anugerah Tuhan meskipun akhirya adalah ketiadaan, tetapi kita diminta untuk menikmati kehidupan ini dengan bijakasana, cobalah mulai menghargai moment-moment berbahagia bersama keluarga, anak-anak, sanak saudara, rekan kerja dan teman-teman.
5. Kepasrahan
kepada Kehendak Tuhan
Menyadari kalau Tuhan yang mengendalikan segala sesuatunya dan kita mau menyerahkan hidup hari ini seterusnya kepada Kebijakan dan Kedaulatan Tuhan. Karena hidup kita di dunia ini merupakan hak prerogatifnya Tuhan.
Ke 5 alasan diatas harus menjadi pegangan hidup kita yang terbatas ini dan pergunakan waktu yang ada dengan penuh kebijaksanaan daripada menyesalkannya dikemudian hari.
Penulis mengajak kita semua kembali untuk dan bagaimana menyikapi keterbatasan kehidupan ini yang dapat diaplikasikan dalam aktifitas sehari-hari seperti yang akan kita dalami lebih jauh dari ke 3 point diatas.
1.
Mengisi waktu yang diberikan Tuhan ( Pkh 9:1-6 )
Life is short & Uncertain kalimat ini sering kita dengar terkadang tanpa disadari terucapkan juga pada moment atau pada topik pembicaraan tertentu, bukan ? Ilustrasinya seperti berikut : Seperti seorang petani yang memahami musim ( kemarau atau hujan ) dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk menanam dan menuai. Maka kita juga harus menggunakan waktu kita dengan bijaksana. Coba bayangkan kalau ada 4 musim (autumn, summer, fall, winter ) bagaimana sang petani harus memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk bekerja keras sebelum musim baru berganti.
Jadi
aplikasinya seperti apa ?
Sebagai pribadi yang bertanggung jawab dengan hidup yang diberikan oleh Tuhan, kita harus menghargai waktu dengan tidak menunda-nunda perbuatan baik dan bekerja keras untuk mencapai tujuan atau goal yang telah kita tentukan dalam perjalanan hidup kita dan bagaimana mengisi waktu kita dengan sebaik-baiknya.
Hiduplah dengan penuh semangat, nikmati setiap momen, dan jangan takut untuk mengambil risiko. Jangan menunda kebahagiaan dan jangan biarkan rasa takut menghalangi kita untuk meraih mimpi. Manfaatkan waktu yang diberikan Tuhan untuk berbuat baik kepada sesama. Berikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, sebarkan kebaikan, dan tinggalkan jejak positif di dunia. Pergunakanlah waktu yang diberikan Tuhan untuk mempersiapkan diri di masa depan. Kembangkan diri, belajar hal-hal baru, dan persiapkan diri untuk menghadapi tantangan hidup.
2. Mengisi
keterbatas hidup dengan Kerja Keras dan Kegembiraan ( Pkh 9:7-10 )
Ayat 7-10 mendorong kita untuk menjalani hidup dengan sukacita, kegembiraan dan kerja keras. Tujuannya adalah memberi warna serta makna terindah dalam kehidupan kita baik dari sisi karir, keluarga maupun komunitas yang dilayani dapat dipertanggungjawabkan. Ilustrasinya sebagai berikut : Pembangunan infrastruktur dan layanan publik yang baik memerlukan sebuah dedikasi dan kerja keras dari masing-masing yang mengambil bagiannya dengan bekerja keras dalam kegembiraan.
Dengan bekerja keras, kita dapat meraih kepuasan dan kebanggaan atas hasil kerja kita. Keterbatasan hidup tidak boleh menjadi alasan untuk malas dan pasrah. Justru, keterbatasan harus menjadi motivasi untuk bekerja lebih keras dan meraih mimpi. Setiap usaha kecil jika dilakukan dengan sepenuh hati akan membawa perubahan besar.
Kegembiraan bukan hanya tentang kesenangan sesaat, tetapi tentang sikap hati yang positif dan optimis. Dengan bersukacita, kita dapat menemukan makna dan kebahagiaan di tengah kesulitan. Kegembiraan juga dapat menjadi sumber kekuatan dan inspirasi untuk menghadapi tantangan hidup.
Hidup ini
singkat dan penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu, penting untuk
menikmati setiap momen dan menghargai setiap kesempatan yang diberikan. Jangan
menunda kebahagiaan dan jangan biarkan keterbatasan menghalangi kita untuk
meraih mimpi.
3. Menghadapi
Ketidakpastian dengan Iman ( Pkh 9: 11-12 )
“Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat…” (ayat 11 ). Biasanya sebuah perlombaan yang dikejar pasti yang tercepat untuk memenangkan sebuah kompetisi dan sebuah perjuangan yang selalu berhasil tentunya yang kuat dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya. Tetapi dalam ayat ini tidak seperti kerangka optimisme pada umumnya, mengapa demikian pemahamannya ? karena menurut Pengkotbah 9:11 bahwa semua itu ada waktu dan nasib yang dialami manusia semuanya, kalau bukan waktunya dan nasibnya ada kemungkinan sebelum menuju bagian finish atau akhir dari pada perlombaan ataupun perjuangan kita sudah dipanggil.
Masih ingat berita pemain pebulu tangkis China Zhang Zhije ( 17 tahun ) dalam turnamen badminton di Yogjakarta 2024 meninggal di lapangan. Apapun penyebabnya beliau adalah pemain yang sudah terpilih, fit jasmaninya dan sudah berjuang untuk dirinya supaya dapat mengikuti turnamen tersebut, tetapi kembali waktu dan nasib menentukan lain, bukan ? Inilah yang dimaksudkan oleh sang Pengkotbah bahwa kita tidak bisa mengandalkan kemampuan diri kita sendiri, tetapi harus mengandalkan Tuhan. Artinya lakukanlah bagian kita sebaik-baiknya dan janganlah lupa untuk selalu mengandalkan kasih karuniaNya.
“Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba”. ( ayat 12 ). Ayat ini kembali mengingatkan kita bahwa hidup ini ada ketidakpastian dan harus dihadapi dengan persiapan iman. Illustrasinya sebagai berikut : mungkin kita pernah melihat para nelayan yang akan pergi kelaut lepas untuk menangkap ikan dan kesibukan terlihat ada beberapa nelayan sedang mempersiapkan jala-jalanya, ada yang memeriksa layarnya, ada yg mengecek kembali solar mesin kapalnya, ada yang mempersiapkan bekal kalau mereka lapar diwaktu malam dan seterusnya. Mengapa dengan kesibukan tersebut ? karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi ketika mereka berada dilautan lepas, tetapi mereka sudah mempersiapkan yang terbaik untuk kapalnya bilamana ditengah laut terjadi hujan badai ataupun gelombang besar.
Demikian dengan kehidupan yang kita jalanin sehari-harinya, kita tetap bekerja keras tetapi harus berserah kepada Tuhan dan perkuat diri kita dengan Iman untuk menghadapi segala tantangan kehidupan serta percaya atas penyertaan-Nya.
Kesimpulan dari yang kita bahas diatas bahwa semua manusia diberikan :
1. Kesempatan
Hari ini kita masih diberikan Kesempatan untuk menikmati hidup. Lakukanlah yang terbaik untuk diri kita sendiri dan kontribusilah kebaikan kita kepada sesama untuk saling berbagi dalam berkat, karena takut akan Tuhan tidak akan mengalami kekurangan ( bc. Mazmur 34:11 & Amsal 11:25 ).
2. Kegembiraan
dan Kerja keras
Hari ini kita masih diberikan waktu untuk menikmati Kegembiraan dalam melakukan segala hal yang positif dan bekerja keraslah dengan rajin karena rajin pangkal kaya ( bc. Amsal 21:5 ).
3. Nikmati
Hidup
Hari ini kita semua
diberikan kebebasan untuk Menikmati hidup tetapi lakukanlah dengan bijak dan
bertanggungjawab. Memang fokus hidup kita pada nantinya Kekekalan tetapi
janganlah lupa dalam menikmati kehidupan di dalam dunia ini, kita harus tetap
hidup dalam Kristus dan jadilah Pelaku firman “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku
firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu
menipu diri sendiri”. ( Yak. 1:22 )
Renungan kotbah oleh : Ev. Pipie Jahja. S.Th
Komentar